Apa yang Anda pikirkan ketika Anda mendengar kata investasi? Beberapa dari Anda mungkin segera mengungkapkan: investasi palsu, memerlukan modal besar, atau potensi keuntungan tinggi (Apakah Investasi: Keinginan atau Kebutuhan?). Hampir semua dari kita familiar dengan investasi, tetapi apakah kita benar-benar memahami arti investasi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), investasi adalah alokasi uang atau modal ke dalam sebuah perusahaan atau proyek dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa investasi melibatkan kontribusi modal kita untuk pengembangan perusahaan atau proyek dengan tujuan untuk mendapatkan bagian dari keuntungan. Contoh sederhana dari investasi adalah ketika Pak Samat memiliki sebidang tanah untuk menanam buah naga. Dia memerlukan 10 juta dalam dana tetapi hanya memiliki 2 juta. Bu Sarwah datang dan berinvestasi 3 juta, lalu Pak Danu berinvestasi 4 juta, dan Bu Eni berinvestasi 1 juta. Semua uang ini (modal) gunakan oleh Pak Samat untuk membeli bibit berkualitas dan pupuk premium. Bu Sarwah, Pak Danu, dan Bu Eni dapat sebut sebagai investor. Para investor ini bersedia menaruh modal mereka ke dalam proyek Pak Samat karena dia dikenal sebagai produsen buah berkualitas tinggi dan memberikan bagi hasil yang adil. Setelah panen buah naga, para investor ini akan menerima bagian dari keuntungan berdasarkan proporsi modal yang mereka investasikan.
Dalam investasi, penting untuk diingat bahwa ada proses perputaran modal hingga Anda mencapai keuntungan, dan tidak ada investasi yang akan membuat Anda kaya secara instan. Sekarang bahwa kita telah secara singkat memahami arti investasi, apakah Anda menganggapnya sebagai keinginan atau kebutuhan? Beberapa dari Anda mungkin melihat investasi sebagai keinginan karena prinsip investasi melibatkan penggunaan dana surplus. Secara realitas, kita sering menggunakan dana surplus ini untuk memenuhi keinginan, seperti membeli barang konsumsi seperti pakaian bermerk atau tas.
Apakah Investasi: Keinginan atau Kebutuhan?
Sebagai contoh, seorang karyawan sektor swasta yang menghasilkan 3 juta per bulan menghabiskan 2 juta untuk konsumsi dan pengeluaran lain setiap bulan. Mereka menabung 500 ribu dan menghabiskan sisanya. Tidak ada investasi yang terjadi, meskipun ada surplus sebesar 1 juta. Jika pendapatan Anda digunakan untuk barang konsumsi, Anda sebenarnya mengalami kerugian karena apa yang Anda beli akan kehilangan nilainya dari waktu ke waktu. Mari kita periksa rumus pendapatan:
- Pendapatan konsumsi + tabungan
- Pendapatan konsumsi + tabungan + investasi
- Pendapatan = konsumsi + investasi
Setiap pendapatan yang kita terima seharusnya mencakup alokasi untuk menabung dan berinvestasi. Ketidakpastian di masa depan membuat investasi menjadi sebuah kebutuhan. Jika Anda saat ini bekerja untuk perusahaan swasta, Anda tidak dapat yakin apakah Anda akan tetap memiliki pekerjaan lima tahun ke depan. Investasi yang tepat dapat membantu mengatasi tantangan ekonomi di masa depan. Menabung saja tidak akan membantu Anda menghadapi ketidakpastian karena menabung, di era saat ini, sebagian besar digunakan untuk menyimpan uang, menghasilkan sedikit atau tidak ada keuntungan yang signifikan. Di sisi lain, dengan investasi, Anda dapat mendapatkan keuntungan dari modal yang Anda investasikan.
Alamiah bagi manusia untuk menginginkan kehidupan finansial atau ekonomi yang lebih baik. Sebagai contoh, jika Anda saat ini memiliki sepeda motor, Anda mungkin bercita-cita memiliki mobil. Inilah di mana keinginan bisa menjadi alasan untuk berinvestasi. Mengapa? Bayangkan Anda menghasilkan 5 juta per bulan dan memiliki 2 juta yang tidak digunakan untuk menabung. Berapa bulan yang dibutuhkan untuk menabung demi sebuah mobil senilai 200 juta? Anda akan memerlukan 100 bulan, atau sekitar 8 tahun 6 bulan, untuk mampu membeli mobil impian Anda. Itu waktu yang sangat lama, bukan?
Peran Investasi dalam Memenuhi Keinginan dan Kebutuhan Keuangan
Penting untuk memahami bahwa keinginan seperti ini dapat terwujud melalui investasi. Daripada membiarkan dana idle Anda mengumpul menjadi sesuatu yang tidak berguna. Jadi, apakah investasi hanya masalah keinginan? Jika Anda hanya berinvestasi karena ingin, Anda mungkin akan berhenti berinvestasi pada suatu saat. Di sisi lain, kenaikan harga terus menerus dapat membuat pendapatan Anda tidak mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan Anda. Mungkin Anda telah merasakan bahwa pendapatan Anda saat ini tidak cukup untuk menutup semua pengeluaran Anda, meskipun pendapatan Anda telah meningkat dari waktu ke waktu.
Sebagai contoh, camilan yang harganya 200 Rupiah sepuluh tahun lalu sekarang harganya 1000 Rupiah, artinya harga camilan telah meningkat lima kali lipat dalam satu dekade. Ini hanya contoh barang murah; bayangkan berapa banyak uang yang Anda butuhkan untuk mengikuti kenaikan harga kendaraan, rumah, dan semua barang lain yang lebih mahal di sekitar Anda. Kenaikan harga dapat membuat pendapatan Anda tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan Anda. Dengan investasi, Anda dapat menghasilkan pendapatan tambahan melalui pengembalian investasi Anda, yang dapat menutupi kenaikan harga barang dan jasa dari waktu ke waktu. Inilah mengapa Anda memerlukan instrumen investasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada pendapat yang berbeda mengenai apakah investasi adalah “keinginan” atau “kebutuhan.” Beberapa orang percaya bahwa investasi dilakukan karena keinginan dan kebutuhan. Ada yang mungkin ingin berinvestasi tetapi kesulitan untuk menyisihkan sebagian uang mereka untuk investasi, sementara yang lain benar-benar perlu berinvestasi karena berbagai alasan keuangan. Jadi, jenis mana yang Anda pilih? Jika Anda menyadari ketidakpastian di masa depan dan dampak inflasi (yang akan dibahas lebih lanjut dalam bagian berikutnya), maka investasi dapat dianggap sebagai “kebutuhan” bagi setiap individu. Anda juga dapat bermimpi besar dan mencapai impian-impian tersebut melalui investasi. Tanpa investasi, uang Anda akan tetap stagnan dan kehilangan nilainya akibat inflasi dari waktu ke waktu.
2 pemikiran pada “Apakah Investasi: Keinginan atau Kebutuhan?”