Ada banyak alasan mengapa orang memilih untuk berinvestasi di saham. Termasuk keinginan untuk kekayaan, kebebasan finansial, sumber pendapatan pasif, atau hanya sebagai hobi (Investasi Saham: Keuntungan dan Risiko). Pada dasarnya, kita mencari keuntungan dari investasi saham. Namun, dari mana sebenarnya keuntungan (reward) dari investasi saham ini berasal? Dengan memahami ini, sebagai investor saham, kita dapat memaksimalkan potensi keuntungan yang tersedia. Biasanya, investor saham dapat mendapatkan keuntungan dari sumber-sumber berikut:
Dividen: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dividen adalah sebagian dari laba atau pendapatan perusahaan, jumlahnya ditentukan oleh dewan direksi dan disetujui dalam rapat pemegang saham untuk dibagikan kepada pemegang saham. Dengan kata lain, perusahaan yang mendapatkan laba dari kegiatan bisnisnya membagikan sebagian dari laba tersebut kepada pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang mereka miliki. Laba perusahaan biasanya digunakan untuk dua tujuan. Pertama, laba direinvestasikan sebagai modal perusahaan untuk pertumbuhan dan ekspansi. Kedua, laba dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Pembagian laba perusahaan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di pasar modal Indonesia, ada dua jenis dividen yang dibagikan kepada pemegang saham: dividen tunai dan dividen saham.
Dividen tunai melibatkan pembagian laba dalam bentuk uang tunai, yang merupakan metode yang paling umum digunakan oleh perusahaan. Cara lain untuk mendistribusikan dividen adalah dengan mengeluarkan saham tambahan kepada pemegang saham, mirip dengan stock split. Ketika menargetkan keuntungan dari distribusi dividen, penting untuk memperhatikan yield dividen, yang merupakan nilai pengembalian dividen yang diperoleh. Yield dividen dihitung dengan membagi dividen per saham dengan harga saham saat ini. Misalnya, pada tahun 2016, Semen Indonesia (SMGR) membagikan dividen sebesar Rp304,91 per saham.
Investasi Saham: Keuntungan dan Risiko
Dengan harga saham SMGR saat penulisan ini, yaitu Rp9075, yield dividen untuk SMGR adalah 3,36%. Ini berarti bahwa jika Anda membeli saham SMGR dan menerima dividen-nya, Anda akan mendapatkan pengembalian sebesar 3,36% dari investasi total Anda. Jadi, bagaimana cara mendapatkan dividen? Sebelum memahami ini, penting untuk mengenal istilah-istilah seperti cum-date, ex-date, tanggal pencatatan, dan tanggal pembayaran, yang merupakan tanggal-tanggal penting dalam proses distribusi dividen.
Cum-date adalah hari ketika pemegang saham masih berhak menerima dividen, sedangkan pada ex-date, hak untuk menerima dividen tidak lagi berlaku. Tanggal pencatatan adalah batas waktu untuk mencatat pemegang saham yang berhak atas dividen, dan dividen akan bayarkan kepada pemegang saham pada tanggal pembayaran.
Untuk menerima dividen, Anda harus membeli saham dan memegangnya hingga cum-date. Bahkan jika Anda menjual saham tersebut sehari setelah cum-date atau pada ex-date (biasanya jadwalkan satu hari setelah cum-date), Anda tetap berhak menerima dividen, dan Anda tidak perlu memegang saham hingga tanggal pencatatan atau tanggal pembayaran. Informasi tentang dividen dan tanggal-tanggal penting dalam distribusi dividen dapat temukan situs web Bursa Efek Indonesia dalam bagian profil perusahaan atau di situs web Lembaga Penyimpanan Efek Indonesia (KSEI) dalam bagian pengumuman Corporate Action.
Biasanya, perusahaan-perusahaan mendistribusikan dividen satu atau dua kali setahun. Berikut adalah ilustrasinya: Jika Pak Agung membeli saham Waskita Karya (WSKT) jauh sebelum cum-date pada 1 Januari 2016, dan memegang saham tersebut hingga cum-date, maka Pak Agung berhak menerima dividen. Hal yang sama berlaku untuk Ibu Desi, yang membeli saham WSKT pada cum-date, yaitu 5 April 2016; ia tetap berhak atas distribusi dividen bahkan jika ia menjual saham WSKT pada hari berikutnya, yaitu 6 April 2016, atau pada ex-date. Namun, Bu Selna, yang membeli saham sebelum cum-date tetapi menjual saham WSKT pada 5 April 2016, atau pada cum-date, tidak berhak menerima dividen karena ia tidak lagi memegang saham tersebut pada cum-date.
Keuntungan Modal dalam Investasi Saham: Strategi dan Analisis
Di pasar saham, terjadi pembelian dan penjualan saham antara investor. Keuntungan modal merujuk pada keuntungan yang peroleh dari selisih antara harga beli dan harga jual, dengan harga jual lebih tinggi dari harga beli. Nilai pengembalian dari keuntungan modal dapat hitung dengan mengurangkan harga jual dari harga beli, lalu membaginya dengan harga beli. Contohnya, Pak Surya membeli saham Bank Mandiri (BMRI) seharga Rp9.700 per saham dan menjualnya seharga Rp11.000.
Dengan mengurangkan harga jual dari harga beli (Rp11.000 – Rp9.700 = Rp1.300), keuntungan modal per saham Pak Surya adalah Rp1.300. Untuk menghitung pengembalian yang terima oleh Pak Surya, cukup bagi keuntungan ini dengan harga beli (Rp1.300 / Rp9.700 x 100% = 13,4%). Oleh karena itu, keuntungan Pak Surya dari keuntungan modal adalah 13,4% dari investasi awalnya. Banyak investor lebih suka mendapatkan keuntungan dari keuntungan modal daripada dividen karena dividen biasanya tidak substansial dan terima hanya sekali atau dua kali setahun.
Investor sukses seperti Warren Buffett dan Lo Kheng Hong bahkan mendapatkan sebagian besar keuntungan mereka dari keuntungan modal. Bahkan, Lo Kheng Hong pernah mendapatkan keuntungan modal sebesar 12.500%! Harga saham pasar modal fluktuasi karena berbagai faktor, termasuk faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti laba perusahaan, laporan keuangan, atau perubahan dalam kepemimpinan. Faktor eksternal berasal dari luar perusahaan, seperti kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, atau masalah domestik dan internasional.
Karena fluktuasi harga ini, untuk mendapatkan keuntungan dari keuntungan modal, Anda harus bisa menganalisis saham perusahaan secara menyeluruh untuk membelinya dengan harga lebih rendah dari harga jualnya. Belajar analisis fundamental dan analisis teknis adalah solusinya.
Risiko dalam Investasi Saham: Dividen, Kerugian Modal, dan Likuidasi Perusahaan
Dunia investasi, ada pepatah, “High Risk, High Return,” yang berarti semakin tinggi potensi pengembalian investasi, semakin besar risiko yang terkait. Saham menawarkan potensi pengembalian yang signifikan melalui distribusi dividen dan keuntungan modal, tetapi juga ada risiko kerugian yang besar. Setelah memahami manfaat investasi saham, penting untuk memahami potensi risiko yang terkait dengan instrumen investasi ini. Risiko investasi saham meliputi:
Tidak Menerima Dividen: Dividen dibagikan ketika sebuah perusahaan menghasilkan laba. Ini berarti bahwa jika sebuah perusahaan tidak menguntungkan atau mengalami kerugian, pemegang saham mungkin tidak akan menerima dividen. Distribusi dividen juga dapat tahan jika Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan untuk menyimpan seluruh laba perusahaan untuk ekspansi bisnis atau pelunasan utang. Jika alasan penahanan dividen adalah ekspansi bisnis, pemegang saham tidak terkena dampak buruk karena bisnis perusahaan akan tumbuh, menghasilkan laba yang meningkat. Akibatnya, nilai perusahaan akan naik, tercermin dalam harga saham yang lebih tinggi di pasar modal (Investasi Saham: Keuntungan dan Risiko).
Kerugian Modal: Harga saham berfluktuasi setiap hari, dan investor tidak selalu mendapatkan keuntungan modal. Kerugian modal, yang terjadi ketika harga jual lebih rendah dari harga beli, cukup umum. Misalnya, jika Bu Agnes membeli saham Aneka Tambang (ANTM) seharga Rp860 per saham dan kemudian menjualnya seharga Rp620 karena beberapa faktor tertentu, ia mengalami kerugian modal sebesar Rp240 per saham atau -27% dari investasi awalnya. Analisis fundamental dan teknis yang akurat perlukan untuk meminimalkan risiko kerugian modal.
Risiko Likuidasi Perusahaan: Likuidasi perusahaan melibatkan pembubaran dan penghentian operasi perusahaan. Ada berbagai alasan untuk ini, seperti kebangkrutan atau masalah hukum yang melibatkan perusahaan. Selama proses ini, perusahaan menyelesaikan kewajiban keuangan dan mendistribusikan aset atau kekayaan yang tersisa kepada pihak-pihak yang relevan.
Pemahaman Posisi Pemegang Saham dalam Likuidasi Perusahaan
Termasuk pemegang saham. Namun, pemegang saham biasanya menjadi prioritas terakhir dalam distribusi kekayaan perusahaan ini. Ini berarti bahwa pemegang saham kemungkinan besar tidak akan menerima apa pun dari proses likuidasi, yang mengakibatkan kerugian modal yang lengkap. Memahami latar belakang, reputasi, dan prospek bisnis perusahaan dapat membantu meminimalkan risiko likuidasi.
Delisting Saham dari Bursa: Delisting saham dari bursa berarti bahwa saham tersebut tidak dapat lagi diperdagangkan bursa saham karena telah hapuskan. Delisting dapat terjadi secara sukarela, mana perusahaan memutuskan untuk menjadi swasta atau menjadi perusahaan tertutup. Ini juga dapat terjadi secara paksa. Mana otoritas bursa memaksa delisting karena perusahaan tidak memenuhi kondisi-kondisi tertentu atau melanggar peraturan bursa. Dalam delisting sukarela, perusahaan biasanya diwajibkan oleh peraturan untuk membeli kembali saham yang beredar dengan harga yang telah tentukan. Sehingga investor tidak kehilangan seluruh modal mereka. Namun, dalam delisting paksa, tidak ada kewajiban untuk membeli kembali saham, yang berarti ada risiko kehilangan seluruh investasi.
Seperti halnya dalam meminimalkan risiko likuidasi perusahaan, mengenal perusahaan yang Anda beli sahamnya adalah solusinya. Sekarang, setelah kita membahas mana Anda bisa mendapatkan keuntungan dan potensi risiko dalam investasi saham. Penting untuk catat bahwa risiko adalah bagian tak terhindarkan dalam dunia investasi, dan tidak dapat sepenuhnya hindari. Namun, Anda dapat meminimalkan risiko dengan memahami lebih dalam dunia investasi saham. Dengan melakukannya, Anda dapat memaksimalkan potensi signifikan untuk mendapatkan keuntungan dalam investasi saham. Setelah semua, siapa yang tidak ingin berhasil dan mencapai keuntungan yang substansial seperti Warren Buffett atau Lo Kheng Hong?
Satu pemikiran pada “Investasi Saham: Keuntungan dan Risiko”